Setiap pagi, Kura-Kura Kecil berjalan kaki ke sekolah. Untuk tiba di
sekolah yang berjarak satu kilometer dari rumahnya, kura-kura kecil
membutuhkan waktu 2 jam berjalan kaki. Artinya, bila sekolah dimulai
pukul tujuh, Kura-Kura Kecil harus berangkat tepat pukul lima pagi, agar
tidak terlambat sampai di sekolah.
Suatu hari, terjadilah suatu kejaiban. Kura-Kura Kecil tiba di sekolah
pukul tujuh kurang lima belas menit! Rupanya tanpa disadari ia berangkat
lebih pagi dari biasanya. Atau jam di rumahnya lebih cepat lima belas
menit. Entahlah. Yang penting, Kura-Kura Kecil jadi punya waktu untuk
mengobrol dengan seekor Burung Hantu Tua yang tengah bertengger
terkantuk-kantuk di dahan pohon.
“Selamat pagi, Wahai Burung Hantu Yang Terhormat!” sapa Kura-Kura Kecil, riang.
“Selamat pagi, Anak Manis. Kelihatannya kau cape sekali ya?” sahut si Burung Hantu Tua.
“Beginilah nasibku,” Kura-Kura Kecil berubah muram. “Aku terlahir
sebagai kura-kura yang lamban. Jauh sebelum matahari terbit, aku harus
bangun. Pukul lima tepat, aku harus sudah berangkat ke sekolah.
Sedangkan kawanku, Si Kelinci yang tinggal di sebelah rumah, hanya perlu
berlari selama lima menit ke sekolah. Jadi, setiba di sekolah aku sudah
cape sekali. Sedangkan Si Kelinci masih segar bugar. Sungguh tidak
adil!”
“Setahuku, usaha keras tidak mungkin sia-sia,” gumam Burung Hantu Tua
sambil berpikir. “Coba ceritakan padaku, Anak Manis, apa saja yang kau
jumpai sepanjang perjalananmu ke sekolah.”
“Banyak sekali,” keluh Kura-Kura Kecil. “Aku jadi tak tahu harus mulai
dari mana. Misalnya, hari ini aku bertemu dengan Ular Sanca. Dulu aku
takut padanya, tapi sekarang ia jadi temanku. Lalu, aku bertemu dengan
sahabat lamaku Si Angsa yang baru kembali dari berlibur di Selatan.
Tahukah kau, wahai Burung Hantu Yang Terhormat, rupanya di Selatan itu
cuacanya selalu panas! Iklim tropis, begitu namanya. Setiap tahun, Angsa
dan ribuan unggas lain pergi berlibur ke sana. Enak ya, mereka tidak
harus mengalami musim dingin!”
Kini wajah Kura-Kura Kecil berseri-seri. Tiba-tiba, ia ingin bercerita
lebih banyak lagi. Kura-Kura Kecil bercerita tentang bagaimana ia biasa
mengamati tanda-tanda perubahan cuaca di langit, bagaimana ia bisa
menumpang aliran sungai kecil ke sekolah bila musim hujan tiba, di mana
bisa ditemukan buah ceri yang paling manis (ssst… ini rahasia!),
bagaimana membedakan ular dan katak yang beracun dan yang tidak beracun,
dan masih banyak lagi. Dan tahukah Burung Hantu Yang Terhormat,
bagaimana asal mula terbentuknya angin lesus? Kura-Kura Kecil tahu,
karena ia pernah melihat prosesnya secara langsung!
Burung Hantu Tua tersenyum. “Kau pandai sekali, Anak Manis. Rupanya 2
jam perjalanan ke sekolah tidak kau sia-siakan. Kau bersahabat dengan
banyak binatang, serta mempelajari banyak hal.”
Kura-Kura Kecil tersentak. Ia tidak pernah menyadari, betapa
beruntungnya ia. Tergesa ia mengucapkan selamat tinggal pada Burung
Hantu Tua. Sekolah segera dimulai.
Si Kelinci sudah tiba, dan duduk tepat di samping Kura-Kura Kecil.
“Selamat pagi Si Kelinci sahabatku, apa saja yang kau lihat di sepanjang perjalanan tadi?” sapa Kura-Kura Kecil dengan ramah.
“Aku berlari kencang sekali sehingga tidak melihat apa-apa,” jawab Si Kelinci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar